Dampak Sosialisasi Masyarakat Bagi Perkembangan Pendidikan Anak



Nama : RedyHisbullah
NPM  : 16112075
Kelas : 1 KA  19


KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT,  atas rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Sosial Dasar ini yang bertemakan  “Dampak Sosialisasi masyarakat bagi perkembangan pendidikan anak”
            Dalam penulisan makalah ini saya merasa cukup puas dengan hasil yang telah dicapai namun, masih banyak pula kekurangan dalam hal teknis maupun materi, mengingatkan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan tugas-tugas berikutnya.Bila ada kata-kata yang kurang mohon di maklumi Terimakasih 

Penulis:
(Redy Hisbullah)

BAB I
Pendahuluan


1.1 Latar Belakang
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental, emosi dan inteligensi, serta yang terpenting adalah lingkungan.
            Lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan seorang anak, karena disitulah sehari-harinya para anak-anak sering bergaul. Dalam pergaulannya pun pasti terdapat dampak positif dan negatifnya. Contoh-contoh 
Dampak positif : 
1. Anak-anak dapat menyerap pergaulan zaman sekarang, 
2. Dapat membentuk kelompok belajar. 
3. Anak-anak dapat belajar dari lingkungan sekitar tentang budaya zaman sekarang,

Dampak negatif : 
1. Terpengaruh rokok, 
2. Anak-anak menjadi jarang berkumpul bersama dirumah, 
3. Terpengaruh ajakan untuk tawuran dll.
Karena sifat anak-anak yang masih labil, mereka cenderung dapat terpengaruh sesuatu hal dengan mudah, baik itu hal positif ataupun hal negatif.
Dalam hal ini peranan lingkungan sangatlah berperan dalam pembentukan karakter dan perkembangan pendidikan para pelajar. Maka dari itu sangatlah penting pula peranan para orang tua untuk ikut serta mengawasi anak-anaknya dalam pergaulannya di lingkungan.
BAB I
Pembahasan

2.1 Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan demikian luas, meliputi : rumah tangga, pergaulan antar teman, hubungan dengan masyarakat, dan lainnya. Dengan kemajuan teknologi informasi, maka pihak orang tua dan guru tidak dapat lagi membatasi lingkungan pendidikan yang semakin luas dan semakin mendunia. Akhirnya perkembangan anak didik menajdi semakin sulit diprediksi, baik  oleh gurunya maupun orang tuanya. Lingkungan pendidikan banyak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak didik, dan akhirnya pihak guru dan orang tua/wali menjadi “kurang mengenalnya lagi” atau merasa “ada sesuatu yang berubah”, terutama pada siswa yang memiliki “kepribadian tertutup” .

A. Dampak positifnya:
1. Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya,  dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata. Dengan banyaknya kelompok ilmiah remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, maka diprediksi angka  kenakalan remaja akan menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul  calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.
B. Dampak negatifnya  :
1. Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya :
keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekecewaan, karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
2. Masa remaja yang sedang mecari identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.   Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu untuk menolak .ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut. Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi. Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.
2.2 Adapun faktor-faktor yang mendukung perkembangan pendidikan anak diantaranya yaitu :

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen,
akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
3. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula         menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

 4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.


5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial  anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

BENTUK SOSIALISASI

            Berdasarkan tahapan nya , proses sosialisasi seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sekunder. a. Sosialisasi Primer            Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada usia ini seorang anak mengenal lingkungan terdekat nya, yaitu keluarga. Anak mulai mengenal ayah, ibu, kakak, paman, bibi, nenek, dan kakek. Melalui sosialisasi primer anak belajar tolong-menolong, toleransi, rela berkorban, taat beribadah, jujur, dan menyayangi anggota keluarga.Proses sosialisasi primer mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini karena anak akan menerapkan hasil belajarnya dalam keluarga ke dalam pergaulan di masyarakat. Proses sosialisasi primer merupakan dasar seseorang melakukan sosialisasi sekunder. b. Sosialisasi Sekunder           Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung. Pada sosialisasi sekunder seseorang belajar memahami lingkungan di luar keluarganya. Pada proses sosialisasi itu masyarakat atau orang lain mempunyai peranan penting. Sosialisasi sekunder diterima melalui pendidikan di sekolah dan pengalaman hidup. Ketika seseorang belajar menghormati guru, menyayangi sahabat, menghargai tetangga, pada saat itulah sosialisasi sekunder sedang berlangsung.            Hal ini menunjukkan setiap individu melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Setiap individu melakukan sosialisasi karena individu tersebut berupaya menjadi bagian dari suatu masyarakat. Melalui sosialisasi, individu mengenal dan memahami kebiasaan, perilaku, adat istiadat, dan peraturan lain yang berlaku di masyarakat. Secara umum, terdapat dua pola sosialisasi yang berkembang di masyarakat, yaitu sosialisasi represif dan partisipatif.


BAB II
KESIMPULAN

1. Komunikasi antara siswa-guru-orang tua/wali murid/orang tua, harus selalu terjalin dengan intensif, sebagai upaya antisipasi dini terhadap semua dampak negatif.
2. Faktor waktu memegang peranan penting, perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk suatu pendidikan harus tepat, Jika waktu terlalu singkat, maka dampak negatifnya akan jauh lebih besar dari dampak positifnya.
3. Setiap remaja dan anak didik haruslah berusaha untuk “bersikap terbuka” dengan mau berterus terang kepada orang tuanya/walinya dan gurunya (yang dipercaya) untuk membicarakan masalah pribadinya dan mendiskusikannya, sehingga ditemukan jalan keluar sebaik-baiknya, bersikap tertutup untuk “masalah-masalah yang berat” adalah tindakan yang kurang tepat. Dengan ditemukannya jalan keluar terbaik, maka semua beban pikiran dan beban mental akan terasa sangat ringan (plong rasanya) dan akan mampu lebih berkonsentrasi kepada pelajaran.
 DAFTAR PUSTAKA
http://Id.wikipedia.org
http://Pieramdani.wordpress.com 
http://Stitattaqwa.blogspot.com

Strategi Mengajar Untuk Memotivasi Anak Dalam Menempuh Pendidikan

Abstrak

Realita lapangan menunjukan bahwa siswa di Indonesia tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi baik kemampuan belajar matematika, bahasa maupun ilmu pengetahuan alam. Banyak siswa merasa “ogah-ogahan” di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai  motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya. Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negative,seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar. Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik).
Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar anak.
Hal-hal yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya  adalah metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton dan  tidak menyenangkan, tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas,tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa, latar belakang ekonomi dan sosial budaya siswa.
Maka orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk  menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan  yang baik maka pola kerja sama antara ke duanya harus dirancang sedemikian rupa.







Pendahuluan

Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang tidak efektif dan  kurangnya motivasi  siswa dalam belajar.
Realita lapangan menunjukan bahwa siswa tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi,  baik dalam mata pelajaran belajar matematika, bahasa maupun ilmu pengetahuan alam. Banyak siswa merasa “ogah-ogahan” di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai  motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya.
Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negative. Raymond J.W dan Judith(2004:22) mengungkapkan bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negative  seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi belajar anak-anak muda tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru.

Motivasi Belajar
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar. Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsic) dan dapat timbul dari luar diri siswa/motivasi ekstrinsik (Uzer Usman, 2008).
Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai akibat dari dalam diri individu tanpa ada paksanan dan dorongan dari orang lain, misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan atau ingin mendapatkan keterampilan tertentu, ia akan rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Sebaliknya motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan  kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar.
Nah, kalau kita berkaca sebagai siswa, mereka juga merasakan bahwa hal yang sama. Salah satu penyebab hal tersebut terjadi karena guru lupa atau jarang memberi penghargaan atau pujian kepada siswanya tentang hal kecil apapun yang sudah mereka lakukan ketika mereka telah melakukan perubahan dalam bidang akademik dan perilaku. Bagaimanapun, pujian sesederhana apapun secara verbal sebenarnya dapat memengaruhi rasa diterima dan dipercayai kemampuannya sebagai seorang manusia. Otomatis hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar dikelas.
Berikut beberapa cara memberi penghargaan atau pujian yang bisa dilakukan guru dalam proses belajar mengajar:

1. Pujian
Dalam bahasa Inggris banyak sekali kata-kata yang bisa kita gunakan untuk memuji siswa, seperti great job, good, awesome, amazing, well done, outstanding, superb, wonderful, dan lain-lain. Di dunia barat, memberi pujian secara verbal dan spontan adalah hal yang lumrah, biasa dilakukan oleh siapa saja, suami kepada istri, anak, saudara, kita kepada teman atau orang lain. Budaya di Indonesia memberi pujian secara verbal belum umum dilakukan karena kita tak terbiasa mengekspresikan perasaan secara langsung. Hanya sedikit kata-kata yang mewakili ekspresi perasaan, seperti luar biasa, bagus, baik, keren dan lumayan. Jadi, berilah pujian secara verbal dan langsung kepada siswa Anda sekecil apapun yang dilakukan oleh mereka. Misalnya biasakan mengucapkan terima kasih bila murid membantu membawakan buku. Ucapkan ‘usahamu bagus’ bila Anda melihat murid Anda berusaha mengerjakan soal matematika meski ia masih salah menjawabnya.

2. Poin Kelompok
Poin kelompok merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar di kelas. Bahkan dapat pula menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kerjasama. Caranya mudah. Bentuklah kelompok kompetisi saat Anda ingin memberi pertanyaan pada siswa. Ooin bisa 1 sampai 10 atau 10 sampai 100 sesuai kebutuhan. Poin tak hanya untuk kelompok yang dapat menjawab pertanyaan, tapi dapat juga diberikan ketika Anda fokus pada managemen kelas, misalnya kelompok yang paling rajin, kompak, atau bersemangat.

3. Menulis Komentar Positif
Jika Anda memeriksa pekerjaan siswa, jangan hanya memberi angka. Berilah komentar positif dibukunya dengan kalimat, bukan sekadar tulisan ‘bagus’. Jeli dalam melihat kelebihan siswa akan membuat siswa merasa istimewa di mata gurunya.

4. Beritahukan di Kelas
Jika Anda ingin meningkatkan rasa bangga, martabat, atau eksistensi siswa, bacalah karya-karya siswa di depan semua murid. Berilah komentar positif dan hal-hal yang perlu ditingkatkan. Mintalah teman-temannya untuk berkomentar positif terhadap hasil karya temannya.

5. Stiker dan Stempel
Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja siswa dapat dilakukan dengan cara menempel stiker, mencap dengan stempel kartun, atau Anda dapat menggambar bintang di buku mereka dan memberi komentar positif. Misalnya dengan mengatakan: “Pekerjaanmu istimewa, kamu sudah menunjukkan usaha yang luar biasa. Yang perlu ditingkat adalah….” Tunjukkan bahwa murid Anda adalah istimewa.

6. Pemilihan Murid Berprestasi
Pemilihan murid berprestasi tidak harus difokuskan pada nilai angka. Sebagai guru, Anda dapat menentukan kriteria bersama-sama dengan siswa di kelas untuk menetapkan pemilihan siswa berprestasi secara berkala. Kriteria bisa berdasarkan pada seringnya menunjukkan kemajuan belajar, usaha yang dilakukan, sikap, detail pekerjaan, semangat belajar dan sebagainya. Pentingnya menentukan kriteria bersama dapat berdampak positif terhadap siswa di kelas, yaitu menumbuhkan rasa saling memiliki.

7. Tulis Nama Siswa di Papan Tulis
Cara yang paling mudah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan membuat siswa merasa istimewa adalah dengan menuliskan namanya di papan dan menggambar bintang di sebelahnya.

8. Grafik Prestasi
Buatlah satu lembar grafik berupa grid atau seperti dalam buku kotak-kotak, yang berisi nama siswa seluruh kelas. Setiap kali Anda menemukan siswa menunjukkan kemajuan, baik akademik maupun tingkah laku, maka siswa akan mewarnai satu kotak pada grafik. Berapa kotak yang harus diwarnai, terserah kebijakan Anda sebagai guru. Grafik ini dapat memudahkan guru dalam memantau perkembangan akademik dan tingkah laku siswa. Grafik ini dapat pula menumbuhkan jiwa kompetensi. Siswa yang grafiknya rendah akan terpacu untuk belajar giat.

Perlu diingat bahwa setiap anak di kelas butuh diterima oleh guru dan teman-temannya serta eksistensinya diakui. Manfaat lain adalah kelas Anda menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Siswa juga akan lebih fokus dan senang belajar. Materi apapun yang Anda ajarkan akan menjadi lebih variatif dan tidak membosankan. Jika setiap anak merasa istimewa diterima segala kelebihan dan kekurangannya, otomatis hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan selanjutya akan meningkatkan motivasi belajar. Strategi di atas hanyalah beberapa contoh saja. Sebagai guru, Anda harus terus mengeksplor diri.
Perlu diingat pula bahwa Anda harus melibatkan seluruh siswa dalam menentukan kriteria atau ketentuan untuk siswa yang layak mendapat penghargaan. Keterlibatan siswa dapat menumbuhkan rasa memiliki kelasnya, diterima, dan dibutuhkan. Tidak harus semua strategi tersebut dilakukan pada saat bersamaan, tetapi diskusikan dengan siswa apa yang mereka inginkan. Suksesnya pengelolaan kelas tidak hanya ditentukan oleh nilai angka yang diperoleh siswa, tetapi bagaimana siswa memahami apa yang dipelajari, dapat mengaplikasikan, dan punya motivasi belajar

Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar anak.. Fakta yang terjadi selama ini menunjukan bahwa  ketika ada permasalahan tentang rendahnya motivasi belajar siswa, guru dan orang tua terkesan tidak mau peduli terhadap hal itu, guru membiarkan siswa malas belajar dan orang tua pun tidak peduli dengan kondisi belajar anak. Maka untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa orang tua dan guru perlu mengetahui penyebab rendahnya motivasi belajar siswa dan factor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya  adalah sebagai berikut:
·         Metode mengajar guru. Metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton dan  tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi belajar sisw
·         Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas
·         Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa
·         Latar belakang ekonomi dan social budaya siswa
            Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan  ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada bersekolah, .
·         Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produk teknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan saja.
·         Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti matematika, dan bahasa inggris
·         Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya.

 Raymond dan Judith (2004:24)  mengungkapkan ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu

1. Sekolah. Ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang memenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.

2. Budaya. Masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkan dan menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan  dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh agama, undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapan-harapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal–hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak.

3. Keluarga. Berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya.

4. Diri anak itu sendiri
Murid-murid yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik dan masih bisa menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter pintar, berkualitas, mempunyai identitas, bisa mengatur diri sendiri sudah pasti  mempengaruhi motivasi belajarnya.
Dilihat dari peranannya, maka orang tua dan guru paling berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar siswa.Kerja sama antara kedua komponen ini akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan  yang baik maka pola kerja sama antara ke duanya harus dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tua akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan motivasi anak.

Ciri- Ciri Guru yang Bisa Memotivasi Siswa
Salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, mereka peduli dan paham dengan apa yang diajarkannya dan mengkomunikasikannya dengan murid bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting. Ia memberikan teladan yang dapat menjadi inspirasi bagi siswanya.
Ciri-ciri guru yang berkualitas dan bisa memotivasi siswa adalah guru yang melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menjadi manajer yang baik yang mampu merencanakan,mengelola, mengorganisasikan serta mengevaluasi kelasnya, murid-murid akan merasa  aman dan nyaman bersamanya
- fasilitator yang memperlakukan semua siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar dan   bertanggungjawab
- Memberikan pengaruh arus balik yang bersifat korektif
- Memberikan test-tes yang adil, penilaian yang bersifat informative
- Membantu murid-murid untuk menyadari bahwa mereka sedang tumbuh dalam persaingan dan keunggulan.

Membangun Hubungan Kerja Sama
Selama ini hubungan yang terjadi antara guru dan orang tua masih terbatas pada hal-hal tertentu, orang tua ke sekolah atau menghubungi guru hanya karena ada masalah saja, begitupun sebaliknya guru menghubungi orang tua apabila ada masalah dengan anaknya. Orang tua ke sekolah hanya karena diundang oleh pihak sekolah pada acara-acara tertentu. Jarang dijumpai orang tua dan guru duduk bersama membahas upaya-upaya yang dapat dilakukan secara  bersama untuk menunjang motivasi belajar anak. Maka ketika anak mendapatkan masalah terkait dengan motivasi belajarnya maka akan terjadi aksi saling menyalahkan antara guru dan orang tua.
Maka  kita tak boleh mengulangi kondisi di atas. Guru dan orang tua harus menciptakan hubungan positif dalam rangka menumbuhkan semangat belajar anak. Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru dalam membuka pintu untuk membangun komunikasi langsung. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi maka guru bisa memanfaatkan sms, email, atau pesawat telepon untuk membuka komunikasi dengan orang tua, atau kalaupun media-media komunikasi di atas belum memungkinkan untuk digunakan maka cara-cara manual seperti mengirim surat atau kuisioner yang berisi informasi tentang perkembangan kognitif, psikomotorik dan afektif anak dapat dilakukan oleh guru. Guru dapat menyediakan waktu sekali sebulan untuk melakukan hal ini.
Sebaliknya orang tua juga perlu mengambil inisiatif dalam membuka jalur komunikasi dengan guru. Orang tua hendaknya bisa memberikan informasi-informasi yang berguna bagi guru tentang kondisi anak di rumah. Orang tua bisa melakukannya dengan menghubungi guru secara langsung di rumahnya atau melalui SMS, atau melalui telepon di luar jam mengajarnya. Orang tua juga bisa membina hubungan dengan pihak sekolah dengan cara sedapat mungkin menghadiri undangan dari pihak sekolah, karena momen seperti rapat-rapat orang tua merupakan sarana yang efektif untuk menyampaikan pendapat, uneg-uneg serta usul saran  bagi pihak sekolah.
Untuk mendukung kerja sama yang baik maka guru dan orang tua harus mengetahui apa yang bisa mereka lakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Guru harus menempatkan usaha memotivasi siswa pada perencanaan pembelajarannya. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Gagne yang dikutip oleh Abdul Majid (2008:69) Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan karena siswa harus berusaha untuk memeras otaknya sendiri. Kalau kadar motivasinya rendah siswa akan cenderung membiarkan permasalahan yang diajukan. Maka peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Ciri-ciri keluarga yang efektif
Keluarga yang efektif  mampu  memotivasi anak untuk belajar. Ciri-cirinya adalah :
- Membuat suatu kontrol atas kehidupan mereka
- Mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi kepada anak-anak
- Memiliki impian tentang keberhasilan anak di masa depan
- Menanamkan pandangan bahwa kerja keras merupakan kunci keberhasilan
- Mengarahkan waktu anak-anak dalam aktifitas yang bermanfaat
- Membuat aturan yang positif seperti pembatasan menonton acara televise
- Memberikan tanggungjawab kepada anak untuk menyelesaikan masalah
- Sering berhubungan dengan guru
- Menekankan kehidupan spiritual terhadap anak.

Cara-Cara menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
1.     Hal-Hal yang Dilakukan Oleh Guru
            Sebagai komponen yang secara langsung berhubungan dengan permasalah rendahnya motivasi belajar siswa, maka guru harus mengetahui beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah :
·         Memilih cara dan metode mengajar yang  tepat termasuk memperhatikan penampilannya
·         Menginformasilkan dengan jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
·         Menghubungkan kegiatan belajar dengan minat siswa
·         Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran misalnya melalui kerja kelompok
·         Melakukan evaluasi dan menginformasikan hasilnya, sehingga siswa mendapat informasi yang tepat tentang keberhasilan dan kegagalan dirinya
·         Melakukan improvisasi-improvisasi yang bertujuan untuk menciptakan rasa senang anak terhadap belajar. Misalnya kegiatan belajar diseling dengan bernyanyi bersama atau sekedar bertepuk tangan yang meriah
·         Menanamkan nilai atau pandangan hidup yang positif tentang belajar misalnya dalam agama islam belajar dipandang sebagi sebuah kegiatan   jihad yang akan mendapatkan nilai amal disisi Allah.
·         Menceritakan keberhasilan para tokoh-tokoh dunia yang dimulai dengan mimpi-mimpi mereka dan ceritakan juga cara-cara mereka meraih mimpi-mimpi itu.  Ajak siswa untuk bermimpi meraih sukses dalam bidang apa saja seperti mimpinya para tokoh dunia tersebut.
·         Memberikan respon positif kepada siswa ketika mereka berhasil melakukan sebuah tahapan kegiatan belajar. Respon positif ini bisa berupa pujian, hadiah, atau pernyataan-pernyataan positif laiinya.


2. Hal-Hal  Yang Dilakukan oleh Orang Tua
·         Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan anak.
·          Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak
·          Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan motivasi
·         Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan pembimbingan seperlunya
·         Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu dengan benar.
·          Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar selanjutnya.

3. Hal-Hal Yang Dikerjakan oleh Ortu dan Guru Secara Bersama 
Ketika permasalahan rendahnya motivasi sudah menjadi permasalahan yang serius yang tidak bisa diantispasi oleh guru sendiri atau oleh orang tua sendiri, maka kerja sama antara guru dan orang tua harus segera dilakukan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di ataranya :
·         Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa, cari factor penyebab yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa, identifikasi masalahnya.
·         Mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak. Cari masalah yang bisa diatasi oleh guru, atau masalah yang bisa diatasi oleh orang tua
·         Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak, mereka sedang mengalami permasalahan, maka orang tua dan guru harus mempunyai komitemen  yang tinggi untuk tidak menambah beban mereka dengan menyalahkan, mencemooh anak-anak.
·         Libatkan siswa untuk memecahkan permasalahannya. Orang tua, guru dan siswa perlu duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahannya.


Kesimpulan
        Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa baik faktor yang ada  dalam diri siswa seperti minat, kemauan maupun faktor yang ada di luar siswa seperti guru, orang tua, lingkungan sosial budaya dan  ekonomi. Menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah pekerjaan yang mudah. Proses menumbuhkan motivasi belajar siswa harus dilakukan secara bersama oleh guru dan orang tua, kerja sama positif antara orang tua dan guru merupakan hal yang mutlak.Orang tua dan guru bisa saling bekerja sama dengan memberikan informasi timbal balik tentang siswa. Selain itu orang tua dan guru perlu mengeindentifikasi permasalahan motivasi siswa,kemudian secara bersama mencari solusi pemecahan masalah dengan melibatkan siswa.

Diberdayakan oleh Blogger.